Senin, 16 Januari 2017

Faktor Penentu Harga Produk

Eh tiba-tiba sudah awal tahun aja nih. Oke lah saya awali tahun 2017 ini dengan artikel cukup ringan (gak perlu mikir keras, tinggal dibuktikan saja.haha). Sesuai judul diatas "Faktor Penentu Harga Produk", gak berat kan materinya? Dasar dari saya nulis cukup simpel, karena banyaknya orang mengatakan "overprice"(kalau underprice jarang banget). Ya baik itu harga mobil, harga sepeda motor, harga smartphone sampai harga beras(lah kok beras?haha). Cukup unik aja kalau ada orang yang bilang demikian, apalagi parameter peniliannya cuman sedikit (harga dibanding spesifikasi saja). Ya sudah saya anggap orang demikian adalah orang awam. Kecuali kalau analisa parameternya banyak dan detail, baru saya salut dengan komentarnya
Mari kembali ke dasar ilmu produksi. Kalau yang sudah kuliah pasti sudah mengenal materi Wirausaha (tiap universitas saya rasa pasti ada) . Bahwa penyusunan harga selalu ada kaitannya dengan beberapa biaya saat memproduksi suatu produk. Nah biaya apa saja itu?
1. Biaya Bahan
2. Biaya Buruh
3. Biaya Alat Produksi
4. Biaya Pembungkus
5. Biaya Pemasaran
Itu adalah biaya-biaya wajib seorang produsen tanggung saat memproduksi suatu produk. Makin minim biayanya, maka kecil juga biaya produksinya, sehingga dijual dengan harga rendah masih memungkinkan. Ingat itu masih belum ngomongin laba lho. Kita cuman ngomongin harga jual bila sama dengan biaya produksi.
Untuk produk yang makin canggih dan kompleks seperti mobil, sepeda motor, laptop, smartphone dan lain-lain, ada beberapa biaya yang tersembunyi. Tersembunyi bagaimana? maksudnya hanya beberapa orang saja yang mampu menyadari biaya tersebut. Dan biaya inilah yang membuat 1 produk berbeda harga dibanding produk lain yang sejenis. Apa saja biaya tersebut? berikut saya jabarkan:

1. Biaya Pengembangan Perusahaan 
Biaya ini digunakan untuk mengembangkan produktivitas perusahaan. Biasanya untuk membangun plant atau pabrik baru, kerjasama dengan perusahaan transportasi (untuk pengiriman barang), gaji karyawan (makin banyak plant karyawan makin banyak, otomatis yang digaji juga makin banyak), nambah retail dibeberapa tempat (dealer, toko resmi, dll). Ya itulah fungsi dari biaya pengembangan perusahaan, dan makin besar perusahaan makin besar juga biaya yang harus dikeluarkan. Ya gak mungkin juga perusahaan makin besar tapi plantnya tetap 1 terus. Mungkin tetap bertahan cuman profit perusahaan tidak bisa makin banyak. Kok bisa? lah produktivitas plant kan terbatas. Permintaan besar otomatis produsen harus memenuhi hal itu biar profit makin banyak. 

2. Biaya Research and Development(RnD)
Konsumen awam pasti tidak pernah sadar soal biaya ini. Apalagi konsumen yang cuman memperhatikan fitur tanpa tahu bahwa fitur-fitur tersebut telah menelan biaya cukup fantastis. Yap, sebenarnya bila ada produk dengan fitur baru (bisa dibilang terbaru), maka harga produk tersebut dipastikan mahal. Hal ini diakibatkan perusahaan pembuat komponen (serta vendor komponen produk) "meminta" uang atas apa yang selama ini mereka kerjakan. Ya tanpa riset dalam waktu yang lama, tidak akan terlahir sebuah fitur baru yang membuat produk makin canggih atau bernilai lebih. Namun, biaya RnD tidak cuman melulu soal fitur. Bisa riset bidang Sistem Operasi(kalau tentang smartphone). Tidak mudah lho membuat sistem operasi pas dengan smartphone tanpa kendala. Apalagi bila hardware yang digunakan bervariasi, wah makin puyeng tuh risetnya. Dan tidak ketinggalan pula riset untuk next produk. Tapi ini sih tidak terlalu besar juga, lebih tepatnya "iuran" semua produk untuk next produk semua tipe. Bahkan kadang kala ada yang tetap meriset komponen tersebut meski produknya sudah dilempar kepasaran. Ya siapa tahu suatu saat ada masa depan ada masalah pada komponen tersebut.

3. Biaya Pengembangan Jaringan Service
Ini nih biaya yang sangat krusial. Gimana gak krusial, biaya ini bikin smartphone yang awalnya biasa saja, bisa menjadi lebih mahal, bahkan mungkin extra mahal. Karena umumnya "fitur" jaringan service ini sangat dicari. Apalagi untuk produk yang butuh service dalam interval waktu tertentu seperti kendaraan. Alokasi biaya pengembangan jaringan service ini biasanya untuk mendirikan service center, produksi komponen/spare part, dan banyak hal yang berkaitan dengan service produk.

4. Biaya Iklan
Lah ini, biaya yang dibayarkan konsumen namun manfaatnya tidak terlalu terasa, tapi juga penting(untuk beberapa orang sih). Yap, biaya iklan. Dikatakan tidak terasa manfaatnya memang benar, karena konsumen tidak.mendapat sesuatu lebih dari produk yang dibelinya. Namun, juga penting keberadaannya. Kalau tidak ada iklan mungkin konsumen awam tidak mengenal produk terbaru suatu brand. Iklan disini biasanya berbentuk poster, iklan televisi, iklan disuatu situs, bahkan mungkin reviewer bayaran/gratis(dengan produk diberi gratis) juga termasuk memakan biaya ini.

5. Biaya Gengsi

Biaya gengsi? baru dengar ya? haha ini teoriku saja sih. Entah benar atau salah. Karena biaya ini lah yang membuat produk yang dinilai biasa, menjadi produk yang orang lain "hormati". Namun, tidak serta merta semua brand tiba-tiba pasang biaya ini. Butuh faktor-faktor lainnya sehingga biaya ini bisa ditarik kepada konsumen. Faktor apa saja? kesuksesan brand, brand image brand itu sendiri, dan mungkin reviewer terkenal juga turut menyumbang suatu produk dinilai bergengsi. Lantas alokasi biaya ini bagaimana? ya untuk profit tambahan suatu brand. Jadi, profit tadi untuk menutup biaya-biaya lain yang sekiranya perlu ditambahkan.

Mungkin itu saja penjelasan yang bisa saya sampaikan. Dan semoga menambah wawadan tentang cara berpikir suatu produk. Yang pasti alasan untuk produsen menambahkan biaya-biaya di atas adalah untuk meningkatkan nilai lebih suatu produk. Apalagi bila suatu produk sangat booming dipasaran, pasti produsen tidak cukup puas dengan nilai produk yang segitu saja.


Ada 2 produk, spesifikasi sama, fitur sedikit berbeda, namun harganya sangat berbeda, apa yang membuat berbeda soal harga?

Ya kembali lagi pembahasan saya diatas. Namun sebelum itu kita lihat kesuksesan brand produk tersebut. Apakah sama? saya yakin berbeda. Dari kesuksesan itulah mempengaruhi harga jual produknya. Makin sukses suatu produk, konsumen menuntut agar produknya bernilai lebih(meski konsumen tidak mengatakan hal itu kekhalayak umum). Mungkin seperti sebuah tanda tangan. Tanda tangan artis sebelum terkenal dengan sesudah terkenal pasti berbeda nilai. Ya seperti itu lah produk itu.

Apakah bisa brand yang sudah terkenal memproduksi produk dengan biaya seminimal mungkin sehingga harga jualnya sama dengan produk dengan merk yang kurang terkenal?

jawabannya bisa, tapi konsekuensinya kepercayaan masyarakat turun. Karena biaya-biaya tambahan tadi tidak ada, sehingga "nilai tambahan" tadi tidak dimasukkan kedalam produk. Mungkin beberapa konsumen maklum soal ini, tapi saya yakin kebanyakan orang pasti tidak setuju akan hal ini. Karena konsumen brand yang sudah sukses ini adalah konsumen tipe mainstream. Dan konsumen tipe ini sangat banyak.

Jadi, bisa dibilang setiap brand yang sudah sangat sukses akan menaikkan harga produknya sehingga harganya tidak head2head dengan produk dengan spesifikasi sama, begitu?
Bisa dibilang begitu. Makin sukses produksinya makin digenjot. Otomatis plant/pabriknya diperbesar. Untuk memperbesar pabrik butuh biaya. Memang biayanya diambil dari investasi saham dari pihak lain, tapi untuk membayar saham ya dari keuntungan tadi. Belum lagi harus memikirkan bagaimana konsumen baru atau lama percaya dengan produknya. Maka harus meningkatkan pelayanan purna jual produk tersebut. Dan belum ada ceritanya brand yang sudah terkenal(memimpin pasar) layanan purna jualnya apa adanya. Baik itu produk biasa, sampai yang canggih seperti kendaraan atau gadget.

Kalau begitu kenapa kita milih produk yang sudah sukses tapi harganya mahal?mendingan beli produk spesifikasi sama namun dari brand yang tidak terkenal. 
Kalau soal itu mari kita bicarakan diartikel selanjutnya. haha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar